CREW AT KALIANTAN |
Hidup cuma sekali, kenapa kita
tidak menikmatinya selama masih hidup. Itulah salah satu statement yang biasa
diutarakan oleh kebanyakan orang. Yah, pada dasarnya memang benar. Apalagi
untuk keperluan yang positif. Teman-teman pasti penasaran ya kaliantan itu
dimana dan sejenis apa. Jangan-jangan ada yang mengira malah tempatnya di
Kalimantan. Upsss.. just kidding..hehe..karena saya sendiri ketika googling dan searching pada GPS malah menemukan optional word yang malah menyebut Kalimantan. Maka dari itu kami
juga bertujuan mempromosikan pantai ini ke teman-teman yang lainnya.^^
Yak, kali ini kami bersama-sama bereksplorasi menuju Pantai Kaliantan. Tujuannya adalah untuk menikmati keindahan pantai Kaliantan sekaligus blusukan terhadap salah satu budaya sakral masyarakat Lombok yang biasa dikenal dengan Bau Nyale. Kru kali ini tidak berdua saja, tentunya rame-rame akan lebih menyenangkan bukan. Sebelum mengupas budaya bau nyale. mari sekalian kami menjelaskan dulu mengenai Pantai Kaliantan. Kaliantan merupakan salah satu destinasi wisata pantai indah yang terdapat di bagian selatan Kab. Lombok timur tepatnya di wilayah Kecamatan Jerowaru. Pantai kaliantan dapat ditempuh melalui rute perjalanan dari Kota Mataram ke arah timur menuju Kabupaten Lombok timur dengan waktu tempuh 1 jam dilanjutkan ke arah selatan melalui kecamatan Sikur - Sakra - Keruak - Jerowaru - Pemongkong - Kaliantan dengan tambahan waktu tempuh kurang lebih 90 menit. Waktu tempuh untuk mencapai Pantai Kaliantan dari pusat Kecamatan Jerowaru sekitar 30 menit dengan jarak tempuh ± 23 km, dan dari bandara 2,5 jam dengan jarak tempuh ± 92 km.
Kalo Masih bingung, cek petanya ya,,:)
Kaliantan adalah pantai yang terkenal dengan pesona pantai pasir
putih berbentuk seperti merica dan perbukitan yang aduhai indahnya. Deretan
bukit tinggi dilapisi rumput subur berwarna kehijauan yang konon menjadi tempat
para penduduk menggembala kerbau maupun domba sebagai salah satu mata
pencaharian . Laut dengan bibir pantai menawan dan ombak yang begitu tenang dibubuhi
gradasi warna pantai elok dari dangkal menuju kedalaman. Kemudian disisipi
berbagai variant perahu nelayan yang pada saat malam hari dihiasi lampu kelap
kelip. Belum lagi terlihat gugusan daratan seberang yang berbentuk seperti kepulauan
gili tetapi tidak berpenghuni. Terumbu karang yang masih terjaga kelestariannya
sangat cocok untuk snorkeling teman..(^^). Keindahan tersebut dilengkapi daratan
luas yang menjadi pinggiran pantai sejauh kurang lebih 300 m ( blepotan bgt
kata”nya..:D). Sungguh membanggakan dan top markotop dah..
Kembali ke topik Bau Nyale....:)
Selain keindahan panorama pantai,
atraksi wisata yang marak diselenggrakan di Pantai Kaliantan adalah Bau Nyale.
Acara ceremonial ini kerap menjadi core event yang menjadi daya tarik Lombok
untuk mengundang wisatawan asing untuk berwisata. Bau nyale merupakan pesta
rakyat masyarakat untuk menangkap hewan laut sejenis cacing. Hampir sebagian
penduduk Lombok hadir untuk menghadiri acara ini, termasuk mimin nih…hehe
Nyale merupakan hewan laut yang
menurut kepercayaan sebagian masyarakat sekitar memiliki khasiat dan dapat
membawa berkah, misalnya akan dapat mengusir berbagai macam penyakit/hama
tanaman yang ada di ladang, sehingga dipercaya dapat meningkatkan hasil
pertanian. Nyale memiliki beberapa warna yang khas sepeti merah, kuning, hijau
dan pink. Acara Bau Nyale merupakan daya tarik yang dapat dijadikan
satu paket wisata andalan bagi kawasan wisata ini. (www.lomboktimurkab.go.id)
Konon nyale merupakan jelmaan dari Putri Mandalika yang kisahnya pada dahulu kala menceburkan diri ke dalam laut tatkala terjadi peperangan antar pangeran kerjaan yang memperebutkan beliau yang bahwasanya adalah putri yang cantiik, cerdas, dan bijaksana. Teman-teman sudah pasti tau kisahnya bukan..g perlu mimin certain..hehe
Secara ilmiah, cacing Nyale atau disebut juga Cacing Palolo ( Eunice Fucata ) yang pernah diteliti mengandung protein hewani yang sangat tinggi. Di samping itu dapat mengeluarkan suatu zat yang terbukti mampu membunuh kuman - kuman. (http://ceritarakyatnusantara.com)
Penelitian ini tidak lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Bapak Kita Prof. Dr. dr. Soewignjo Soemohardjo SpPD, KGEH ( Konsultan Ahli RS Biomedika ). Beliau juga memiliki julukan " Sang Bintang Dari Timur ". Maju terus ya Prof dan RS Biomedika..(^_^)
Pengen tau rupa-rupa warnanya..yuk dicek fotonya..:)
Udah cukup ya untuk
pengenalannya, sekarang lanjut ke cerita perjalanan Mimin..(^^)
Sore itu, tanggal 1 Maret 2013
pada pukul 18.00 kami mulai merealisasikan susunan acara untuk berlabuh menuju
Kaliantan. Kenapa kami memilih Kaliantan sebagai tempat tuuan bau Nyale ? ada
yang tau ??
Karena berdasarkan informasi yang
kami peroleh, tradisi bau nyale masyarakat lombok pada umumnya lebih meriah di
Kaliantan dibandingkan di Pantai Seger (Lombok Tengah). Padahal konon, Putri
Mandalika menceburkan diri di daerah Kuta (Loteng) sebelum menjelma menjadi
Nyale. Perlu teman-teman ketahui, di Pantai Kaliantan lebih identik pada acara
festivalnya saja, karena putri nyalenya g nyebur di sini teman..^^ so dinikmati
saja ya.. Biasanya core event diselenggarakan pada bulan Februari dan Maret.
Persiapan sudah oke, dari segi
peralatan (senter, tenda, dll), bekal makanan.
Seperti biasa, Honda CR-V mas Rega menjadi andalan kami. Kru kami ada 5
orang, semuax gokil” banget deh..hehe..Langsung tanjap gas aja y …:D
Setelah 1 jam perjalanan kami menuju Taman Selong terlebih dahulu ntuk menjemput salah satu kru kami sembari menunaikan ibadah solat maghrib. Kemudian kami melanjutkan 2,5 jam perjalanan sampai di daerah Lombok Timur bagian selatan tepatnya di desa Pemongkong. Dalam perjalanan sepi dan gelap gulita terlihat nyala lampu kendaraan ramai-ramai penduduk di sana yang bakal menuju ke Pantai Kaliantan. Sepertinya kami sedang dikawal teman…hehe..
Identik dengan kata nyasar, sudah
tradisi kami..ngikutin sampe ke Pantai Cemara tuh..yang lain pada belok
dipengkolan sebelumnya..beruntung ada warga di sana yang menuntun kami kembali
menuju jalur tujuan. Memang jalannya gelap abis, kagak keliatan apa”..hehe
Sesampai di Kaliantan, kami disuguhkan dengan acara opera kisah tentang Putri Mandalika.
Mbak Tia, mbak Pipit, dan mbak Kiki sedang berpose (dari kiri) |
Opera Putri Mandalika |
Begitu hujan reda, saatnya check zone. Berkeliling sambil membawa lampu senter, kami menelusuri jalan. Buat – temen-temen yang belum tau, di sini banyak yang jualan kok. Jangan khawatir masalah perut, ada penjual Bakso, mie ayam, nasi bungkus volcom, minuman ringan, souvenir, kartu perdana Simpati ( berhubung hanya sinyal kartu simpati yg bisa di sini) dan yang kami perioritaskan adalah sorok (jala). Mana bisa nangkep nyale tanpa begituan..hehe..
Sebelum hunting,saatnya kami
mengisi perut dulu. Setelah voting, pilihan tertuju pada Penjual Bakso. Ya
memang rejeki penjualnya kali ya. Buat temen-temen yang belum tau, harga baksonya
di sini 10 rbuan. Lumayan enak lo (promosi, wkwk).
Yap, tenaga sudah terisi. Saatnya
mencari jala.
Setelah berkeliling, tawar menawar dengan kalkulasi harga standar 15 rb untuk 1 jala. Untuk 2 jala akhirnya setelah brjuang habis”an (lebay..:D) bisa dpet 25 rb. Yah beruntung bahasa sasaknya mbak tia, mbak pipit, sama mbak kiki bisa jadi andalan kami. Alhamdulillah, disini 5rb juga berharga teman…^^
Jala sudah di tangan, saatnya
melihat sikon pantai. Pukul 24.00 WITA terlihat perahu” nelayan mangkal dengan
warna lampu kelap kelip. Ratusan warga menikmati pemandangan pantai di malam
hari. Berhubung acara bau nyale belum waktunya, kami duduk” dulu sembari
menikmati angin malam. Sungguh indah. Warga di sana ngasi tau kalo acara bau
nyalenya nanti sekitar pukul 04.00 pagi, karena jam sgni nyalenya belum keluar.
Tandanya nyale mau keluar kalo airnya sudah surut.
Ada semacam mitos yang unik pada acara bau nyale ini. Anehnya, menurut kepercayaan warga di sana kalo mau nyalenya pada keluar, kita harus mengumpat dulu. Maksudnya ngomong kotor, astagfirullah..
Ya namanya kepercayaan harus
tetap kita hormati, asal kita kagak ikut”an ya..hehe…selain itu, untuk yang
pertama kali bau nyale, menurut kepercayaan juga harus mengkonsumsi nyale itu
mentah-mentah. Waduh, ngedengerinnya aja udah ngeri, kalo ngebayanginnya apa
lagi. Yak karena kita hanya menikmati, gaq ikut”an deh..btul..btul..btul…
Pukul 02.00 pagi, kami kembali ke markas kami. Sebaiknya, demi keamanan kami mencari tempat yang berdekatan dengan Pos Polri. Beruntung ada kenalannya mbak kiki, jadinya kami bisa banyak bertanya mengenai event ini. Tenda mulai terpasang, kemudian saatnya kami menunaikan ibadah solat isa.
Pada ciyuzz masang tenda..:D |
Mas Ryan Eksis deket tenda..:D |
Lanjutt..
Sembari menunggu pukul 04.00
pagi, Talking – talking kembali
menjadi agenda kami. Kali ini gaq bahas aib masa lalunya mas rega sama mas
ryan, tapi soal kerjaan sama rencana masa depan. Bagian ini disensor ya..wkwk
Ssssssshhhh…Tsaaaaaaahhhh…
Sudah pukul 04.00 pagi. Saatnya menyiapkan amunisi untuk “ber-bau” nyale. Walau sedikit pada ngantuk, tapi semangat kami patut diapresiasi. Terutama mas rega nih..hehe..
Perlahan keluar dari
perintirahatan, kami menuju pantai. Terlihat ribuan warga yang begitu antusias
dan bersemangat. Patut diacungi jempol..hehe..
Kali ini judulnya lautan manusia, sorak-sorakan warga mulai terdengar. Ya yang namanya adat dan kepercayaan. Kami hanya bisa tersenyum. Begitu air mulai surut pada bagian tengah pantai, para warga mulai menyebrang. Sebetulnya gaq dalam airnya, sampai sebahu kawan. Buat kami yang mmbawa beberapa peralatan elektronik, tentunya membutuhkan perahu. Dengan modal uang 2 rb rupiah x 5 orang kemudian ditemani beberapa orang warga sesuai kapasitas perahu kami bisa nyebrang. Asyik lho kalo naik perahu malem”..hihi
Sesampainya, kami mulai berburu
nyale..:D
Let Check the Picture..:)
Sebelum nangkep, eksyen dulu ya..:D |
Akhirnya daeeepet Nyaleeeeeeee |
Kalo udah dapet, dimasukin botol tu Nyale..hoho |
Ciyuz banget Mas Rega..(^_-) |
Tetep eksis miminnya..^^ |
Berhubung bau nyale dimulai pada pukul 04.00 pagi sampai pukul 06.30, jadinya kita solat subuh di tengah laut deh. Asalkan niat, semua bakal menjadi ibadah bukan.? begitu katanya Pak Haji Rega..:)
Sssssshhhhh......Tsaaaahh.....
2,5 jam sudah berlalu, berbagai upaya kita lakukan untuk mendapatkan sebotol nyale #eaaaaa
Fajar sudah tiba, sunrise-pun ikut menyongsong pagi. Semua mulai terlihat jelas.
Biar lebih jelas, nih fotonya..:)
Terlihat seperti Lautan Manusia..( @InfoLombok, Photography by Didik Hariadi ) |
Setelah Kelaran Bau Nyale, saatnya mengabadikan moment Sunrise di Kaliantan |
Para Ladies lagi berpose |
Mimin pada gaq mau ketinggalan..:) |
Bapaknya Narsis Abissss.. |
Hasil Tangkapan Nyale ( Walaupun Alakadarnya, yang penting sudah Berusaha ) |
Pemandangan dan Terumbu karang |
Para Penduduk Membuat Jalur Penyebrangan bersama-sama |
Dinding Bukit Pantai Kaliantan |
Abis kelar foto-fotoan saatnya kami kembali ke tempat peristirahatan. Membereskan tenda dan sisa-sisa makanan semalam. Apaligi mimin orang kesehatan, tentunya harus memperhatikan kebersihan sekitar donk..hehe..
Yapp..semua udah kelar. Saatnya kita pulang..(^_^)
Ini Cerita Kami, Mana Cerita Kalian ???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar