Mataram, 24 Oktober 2012
Assalamulaikum Wr.Wb
Terjadi lagi, dan terjadi lagi,
kisah pahit dari perjalanan cinta ini. Tak lepas dari kekhilafan. Kesalahan
lisan yang terucap, kesalahpahaman pola pikir dan kedewasaan yang kian belum
terlatih. Semua terjadi begitu saja dan meninggalkan banyak luka. Tak lepas
dari waktu, semua mulai terlihat putih lagi. Semua kembali terbuka mengingat
hal yang terjadi sebelumnya. Hanya kata MAAF yang bisa terucap dari beberapa
kata yang terlantun begitu saja mengikuti amarah dan pikiran yang belum
sepenuhnya jernih. Semua semata-mata karena diri ini sadar pada hakikat diri
kita sebagai manusia yang tidak sempurna, bahkan jauh dari kesempurnaan.
Sebetulnya hanya sebuah
kesalahpahaman yang terjadi. Dimana salah satu sikon yang diluar jangkauan
untuk ku-ubah. Bermacam anggapan dan pikiran kian bersarang dan terucap.
Padahal sebetulnya tidak pernah terjadi dan tidak akan terjadi. Aku mengerti,
aku paham, aku berusaha.
Tapi semua masih diluar kendali
kendati diri ini yang belum stabil dan matang. Beberapa lantunan kata darimu
membuat diri ini tak kuasa menahan diri, dan akhirnya merusak semuanya.
Astagfirullah..Astagfirullah..Astagfirullah…
Cobaan memang pasti ada,
tergantung bagaimana kita menyikapi. Bukan ingin menggurui, tapi sepengetahuanku
kesalahan merupakan awal dari keberhasilan. Aku berusaha, dari awal kisah ini
dimulai, sampai saat ini. Maap jika semuanya masih terkesan kurang, bahkan aku
merasa masih sangat kurang. Masih ingatkah kata-kata “ Seorang Ksatria adalah
Orang yang mau mengakui kesalahannya dan meminta maap “ . Sebetulnya itu yang
menjadi motivasi.
Aku tahu, aku sadar, aku paham
jika kesalahanku betul-betul fatal. Setiap waktu rasa menyesal membayangi
setiap langkahku, terkait beberapa kata yang sudah terucap dari lisan ini. Tulisan
ini menginspirasiku untuk mencoba menjadi lebih baik.
Aku tahu, kesan yang sebetulnya
kamu tangkap masih ragu. Janji tanpa realisasi memang sebetulnya sudah terkenal
mendarah-daging. Sebetulnya semua tergantung dari kita berdua, aku tanpa
dukunganmu nol. Sementara kamu tanpa dukunganku juga nol. Dalam hubungan yang
serius, jika salah satu saja yang menjadi penopang, maka tidak akan bias
berdiri tegak. Ibaratnya begitu.
Yang terjadi, biarlah terjadi.
Hidup itu memang harus melihat ke depan, bukan melihat ke belakang. Takdir
sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa, Jodoh, dan Rizki. Tinggal kita berusaha dan
berdoa.
Seseorang tidak bisa merubah orang
lain secara paksa, tapi dirinya sendirinya lah yang bisa, tergantung dari
kesadaran dan pola pikir masing-masing.
Semua bakal berjalan baik jika
emosi, ego, pengertian, dan kepercayaan terpelihara dengan baik.
Tulisan ini merupakan sedikit
curahan hati yang sebetulnya ingin terucap. Doa dan permohonan selalu terlafazdkan
agar pintu hati ini bisa terbuka. Sungguh Ironis jika kita masih memikirkan
diri kita sendiri.
Sekarang, semua telah berlalu dan
terjadi. Satu pintaku, janganlah buang kenangan kita selama ini. Jadikan itu
sebagai salah satu momen terbaik dalam hidup karena sepatutnya kita bersyukur
dengan segala nikamat yang dianugrahkan. Jika memang ini jalan terakhir yang
bakal kita tempuh, kita hanya bisa bersabar dan menerima. Sebetulnya masih ada
usaha dan kesempatan untuk memperjuangkan, tapi itu kembali lagi ke diri kita
masing-masing.
Akan tetapi, diri kita yang sekarang
belum siap untuk bersama, melihat beberapa kejadian yang telah terjadi .
Kapankah siap ? Itu tergantung pribadi masing-masing, tidak ada yang saling
menyalahkan di sini, namun instrospeksi diri merupakan jalan satu-satunya.
Satu hal yang perlu kamu tahu,
Kamu adalah anugrah yang terbesar
dalam hidupku
Tiada lagi yang seindahmu
Hadirkan banyak kisah cinta
Kaulah Semangatku
Damai dan Sukses selalu buat kamu
Kasihku,
Special One For You.
By Ryan Mahindra